Sabtu, 22 September 2012

Pemimpin Revolusi Bangsa

Seseorang yang mengetahui bahwa dirinya “terpanggil” untuk dapat memberikan sebuah warna perubahan atas bangsa ini tidak akan membiarkan dirinya berakhir dalam kondisi berdiam diri saja apalagi ketika melihat bangsanya sedang bergerak menuju kehancurannya. Orang tersebut akan segera mengambil keputusan dengan penuh keberanian dan tekad untuk menjalankan fungsi dan bagiannya demi terjadinya perubahan atas bangsanya, walaupun kondisi kepasifan masyarakat sekitar sedang merajarela. Tekad dan usaha yang konsisten dari orang tersebut sebenarnya (sadar atau tidak sadar) membangkitkan dirinya menjadi seorang pemimpin bangsa.
Sebuah kesedihan sendiri ketika kita melihat seorang pemimpin yang seharusnya memimpin akan tetapi tidak bisa berfungsi sebagai seorang pemimpin bagi orang-orang yang dipimpinnya. Sering sekali juga kita disugguhkan dengan cerita ironis tentang pemimpin yang pada awal kepemimpinannya memulai dengan baik, akan tetapi mengakhiri kepemimpinannya dalam kondisi yang mengenaskan. Bahkan, sering sekali dalam kondisi yang lebih buruk dari orang yang selama ini di’cela’nya.
Untuk itu jika seorang pemimpin ingin menjadikan kepemimpinannya berdampak dan tidak berakhir dalam kondisi yang mengenaskan, dia harus terus memastikan dirinya telah bebas atas hal-hal akan mengancam dan merusak kualitas seorang pemimpin, yaitu:
  1. Sikap untuk lebih cenderung percaya kepada diri sendiri dan melupakan orang-orang yang telah berjasa dalam pembentukkan hidupnya sampai dengan saat ini.
  2. Tidak mempergunakan waktu yang dipercayakan kepada dirinya untuk memimpin dengan melakukan hal-hal berguna dan membangun bangsa, akan tetapi hanyut dalam kesenangan sementara atas kemenangan dirinya.
  3. Sikap untuk lebih ber-”santai-santai” dan ber-“manja-manja” dalam melakukan pekerjaan dan tanggung jawab yang telah dipercayakan dalam hidupnya.
  4. Kecenderungan menganggap bahwa dirinya adalah diri satu-satunya yang memiliki kekhususan dibandingkan dengan orang lain.
  5. Kecenderungan untuk tidak berpikir panjang dan “stay on purpose”.
Dengan seorang pemimpin menanggulangi setiap setiap ancaman diatas, sebenarnya pemimpin tersebut sedang menyiapkan dirinya untuk dapat berfungsi secara adil dan benar.
Seorang tokoh kepemimpinan bernama AR Bernard pernah berkata bahwa “kepemimpinan itu berbicara tentang kapasitas untuk mentranslate sebuah visi menjadi sebuah kenyataan”. Untuk menwujudkan visi yang dimilikinya, seorang pemimpin bangsa harus tetap memastikan dirinya dapat berfungsi secara adil dan benar. Seorang pemimpin juga perlu menjaga tekad yang kuat, kesungguhan hati, dan ketulusan dalam menjalankan proyek-proyeknya demi tujuan perubahan bangsa. Seorang pemimpin juga adalah seorang yang memastikan karakter kesehariannya tidak lagi tegar tengkuk, keras kepala, dan kepala batu, akan tetapi mau mendengarkan sesuatu dari ahlinya walaupun dalam waktu yang bersamaan tetap teguh dalam pendirian dengan apa yang diyakininya sebagai sesuatu yang sudah benar.
Sikap mengandalkan diri dan bergantung terhadap kemampuan seorang diri akan sangat berbahaya bagi seorang pemimpin bangsa, untuk itu seorang pemimpin bangsa harus mahir melakukan konsolisdasi.
Seorang pemimpin bangsa seharusnya adalah seorang yang cakap mengkonsolidasikan orang-orang yang dipimpinnya dan menggerakkan mereka semua untuk menggapai impian untuk bangsanya. Ucapannya pun bukan dari sebuah kehidupan kosong, akan tetapi berasal dari sebuah pengalaman pembentukan hidup karena perubahan pola pikir yang dia alami selama ini. Akibat dari adanya contoh kehidupan (role model) yang diberikan oleh seorang pemimpin seperti ini akan membuat dan mengkodisikan seluruh masyarakat menjadi orang-orang yang memiliki pikiran yang sehat, tahu menilai dan melakukan hal-hal yang memiliki faedah dalam hidupnya, dan memiliki kehidupan yang bermanfaat bagi sesama. Bahkan seorang pemimpin yang seperti ini akan dapat menghentikan kehausan masyarakat Indonesia yang merindukan akan munculnya seorang pemimpin yang benar, adil, dan menjawab kebutuhan.
Bangsa yang terdiri dari pemimpin dan masyarakat yang memiliki pikiran yang sehat dan tahu menilai serta memilih hal-hal yang berfaedah dalam hidupnya adalah salah satu ciri dari masyarakat madani. Selain itu, masyarakat madani itu memiliki tekad yang kuat untuk terus memilih “jalan” lurus sekalipun sejak awal tidak ditemukan ada keuntungan pribadi yang akan diperolehnya. Masyarakat madani juga adalah orang-orang yang dapat menghargai para pemimpinnya dan mahir dalam melanjutkan perjuangan perubahan yang telah dimulai oleh para pemimpin terdahulunya.
Mari kita bergerak bersama membangun negeri ini demi tercapainya Indonesia Baru yang adil dan berkeadilan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar